SERIAL MENINGKATKAN PENGETAHUAN – Sobat, mari kita gunakan media sosial ini untuk hal-hal yang positif. Misalnya menambah teman baru, mengembangkan peluang bisnis, atau meningkatkan derajat intelektualitas dengan menambah pengetahuan. Kita sharing saja, apa yang anda punya mohon di”share”, kalo aku punya......ya ......aku bagikan.
Kali ini aku berbagi pengetahuan tentang EPITET. Ini sebenarnya merupakan materi pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMA, namun siapa saja boleh membacanya. Yang belum tahu biar mengerti, bagi yang sudah mengerti tetapi lupa, ya...hitung-hitung sambil menyegarkan otak saja.
Untuk menuju ke topik, saya ingin bertanya kepada Anda. Kata atau kalimat apakah yang muncul di otak Anda setelah membaca atau mendengar kelompok kata berikut :
1. Tuhan
2. Kepada
3. Kurang dan lebihnya
4. Menawi lepat........ (Bahasa Jawa)
5. Dua sejoli
6. Terpujilah wahai engkau
Setujukah Anda, kalau aku menyebutkan isi otak Anda setelah mendengar atau membaca frasa (kelompok kata) tersebut?!
1. Setelah mendengar kata Tuhan, pasti di otak Anda akan muncul kalimat YANG MAHA ESA.
2. Setelah mendengar kata Kepada, di otak Anda muncul frasa YANG TERHORMAT.
3. Setelah mendengar frasa Kurang dan Lebihnya, lalu muncul sambungannya di otak kita MOHON MAAF SEBESAR-BESARNYA.
4. Orang Jawa setelah mendengar frasa Menawi Lepat, otomatis muncul di otaknya sebuah frasa NYUWUN NGAPURA.
5. Jika mendengar istilah Dua Sejoli, otomatis yang muncul YANG DIMABUK CINTA.
6. Terpujilah Wahai Engkau.......... pasti IBU BAPAK GURU.
Mengapa begitu? Itu disebabkan hubungan atau relasi dua kelompok kata itu sudah demikian erat, tak bisa dipisahkan lagi. Secara gampang bisa dikatakan : kalau ada A pasti harus ada B. Kalau ada C maka harus ada D. Demikian seterusnya, ya....istilah anak jaman sekarang SUDAH JODOH.
Bagaimana pula dengan yang berikut ini : Tokoh siapa yang muncul di ingatan Anda bila aku menyebutkan :
1. Burung Camar
2. Si Leher Beton
3. The DRAGON
4. Oemar Bakri
5. Binatang Jalang
6. “Chaiya........chaiya.............”
Hampir pasti, setelah mendengar kata BURUNG CAMAR anda akan teringat penyanyi Vina Panduwinata, jika mendengar sebutan Si LEHER BETON maka petinju Mike Tyson yang terbayang di otak, demikian juga dengan sebutan The DRAGON akan menghadirkan sosok petinju Jawara kita Chris John.
Istilah Oemar Bakri, tidak akan mungkin menghadirkan tokoh selain penyanyi ballada Iwan Fals. Jika ada yang menyebut BINATANG JALANG, maka sayup-sayup kita akan kembali mengingat sosok penyair Chairil Anwar, dan jika ada yang mendendangkan lagu CHAIYA.....CHAIYA maka hampir seluruh warga negara Indonesia teringat NOORMAN KAMARU.
Demikian eratnya hubungan frasa (kelompok kata) itu dengan pemiliknya, dan tidak akan pernah tertukar satu sama lainnya. Bahkan untuk mengabadikannya, frasa itu sering disatukan penyebutannya dengan tokoh sentralnya. Misalnya :
1. Vina “BURUNG CAMAR” Panduwinata.
2. Mike “LEHER BETON” Tyson atau Mike “IRON” Tyson.
3. Chris “The DRAGON” John.
4. Iwan “OEMAR BAKRI” Fals.
5. Chairil “si BINATANG JALANG” Anwar.
6. Noorman “CHAIYA-CHAIYA” Kamaru.
Saudara, inilah yang disebut EPITET. Yaitu penggunaan Gaya Bahasa dalam ragam tulis atau ragam tutur, dengan menyebutkan frasa klise yang seluruh pendengarnya dianggap sudah mengerti lanjutannya.
Demikian share dari saya, Kalau ada sumur di ladang....................(Aku yakin Anda juga sudah mengerti lanjutan dan makna EPITET saya ini.)
Jum’at, 14 Mei 2016 - four.one.two.galan02@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar